Wednesday, 30 March 2011

100 Juta Orang Meninggal Akibat Merokok

100 Juta Orang Meninggal Akibat Merokok
Anak-anak perokok

REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA--Sebanyak 100 juta orang meninggal dunia akibat merokok tembakau pada abad ke-20, dan diperkirakan akan mencapai satu miliar orang pada abad ke-21, kata pakar kesehatan dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Agus Widyatmoko. "Penggunaan tembakau juga menjadi faktor risiko bagi beberapa penyebab kematian di dunia, di antaranya penyakit jantung dan stroke," katanya pada pelatihan konseling berhenti merokok di Asri Medical Center (AMC) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Selasa.
Menurut dia, angka kejadian orang yang meninggal dunia akibat serangan jantung di Indonesia saat ini cenderung meningkat. Hal itu justru terbalik dengan keadaan di Amerika Serikat (AS) yang mengalami penurunan.
"Di negara maju, kesadaran orang mengenai pentingnya menjauhi rokok telah meningkat, termasuk dengan proteksi yang dilakukan pemerintah, sehingga kematian akibat penggunaan tembakau di negara maju, seperti AS telah menurun hingga sembilan persen," katanya.
Sebaliknya, kematian akibat tembakau di negara berkembang justru meningkat hingga dua kali lipat, dari 3,4 juta jiwa orang menjadi 6,8 juta orang. Ia mengatakan, data yang dirilis Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2008 juga menunjukkan bahwa penyakit kardiovaskuler atau jantung telah menyebabkan 26,8 juta pria, dan 31,5 juta perempuan meninggal dunia.
Di negara berkembang, penyakit jantung iskemik menjadi penyebab kematian kedua dengan angka 9,4 persen, sedangkan penyakit serebrovaskuler atau lebih dikenal dengan stroke menempati peringkat kelima penyebab kematian seseorang dengan angka 5,65 persen. "Perokok pasif mengalami risiko penyakit jantung koroner sebanyak 25-30 persen jika terpapar asap rokok," kata dosen Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UMY ini.
Berdasarkan kenyataan tersebut, menurut dia, tanpa kesadaran masyarakat untuk berkomitmen menjauhkan diri dari tembakau, aktivitas merokok akan menyumbangkan 10 persen dari kematian global. "Oleh karena itu, berhenti merokok merupakan alternatif terbaik dan termurah daripada mengobati penyakit yang diakibatkan aktivitas merokok," katanya.