Monday, 27 June 2011

Pelebaran jalan, antara kebutuhan atau keselamatan


Pertumbuhan produksi kendaraan roda dua maupun roda empat dan pertumbuhan jalan di Jakarta saat ini memang berbanding terbalik. Disaat pertumbuhan produksi kendaraan tersebut tengah digenjot karena tingginya permintaan konsumen akan kebutuhan kendaraan, pertambahan jalan sepertinya mengalami kemandekan. Pembangunan jalan untuk menampung lonjakan jumlah kendaraan untuk mengurangi kepadatan kendaraan di tengah solusi tranportasi masal yang mandek perlu dilakukan. Namun terbatasnya lahan yang tersedia menjadi kendala bagi pemerintah untuk menambah jalur maupun membuat jalur baru.

Solusi pemerintah dengan melebarkan jalur dengan sedikit “memaksakan” menggusur bahu jalan hingga aspal maupun beton langsung berbatasan dengan trotoar menjadi upaya saat ini. Bahkan di beberapa jalan, pinggir jalan langsung berbatasan dengan parit dengan menghilangkan trotoar. Solusi tersebut memang sedikit membantu pengendara mendapat sedikit celah berkendara. Namun hal ini tentu sangat berbahaya terhadap pengguna jalan, baik itu bagi pengendara maupun pejalan kaki yang sedang melewati jalan tersebut. Apalagi di malam hari, terbatasnya penglihatan karena kurangnya lampu di jalan tentu saja menambah potensi ancaman keselamatan.

Belum lagi di beberapa ruas jalan tiang listrik bercokol tepat di pinggir jalan. Dalam hal ini tentu sebuah dilema, pelebaran jalan adalah kebutuhan utama untuk menekan kemacetan di sisi lain pemindahan tiang listrik memerlukan biaya yang tidak sedikit dan tentu saja pengorbanan masyarakat ketika pemindahan tiang listrik tersebut akan terjadi pemadaman. Akhirnya kita bisa lihat di jalan-jalan, tiang listrik berada tepat di pinggir aspal yang tentunya sangat berbahaya jika pengguna jalan tidak berhati-hati.

Pemerintah tampaknya harus berhati-hati dalam membuat master plan agar tidak terjadi tumpang tindih yang berakibat dirugikannya masyarakat. Koordinasi antara instasi terkait juga diperlukan agar kejadian yang membahayakan keselamatan pengguna jalan tidak terabaikan. Lebih baik jika pemerintah mengeluarkan sedikit lebih banyak dana daripada keselamatan selalu mengintai pengendara jalan yang notabene adalah pembayar pajak tersebut.

Kabar di beberapa media beberapa hari yang lalu dengan mulai adanya sedikit titik terang di mulainya kembali kelanjutan pembangunan MRT seakan menjadi mimpi yang akan menjadi kenyataan apabila benar-benar terlaksana. Sebuah idam-idaman bagi penduduk Jakarta yang mengharapkan bahwa di saat bekerja energi tidak hanya terkuras selama di perjalanan yang mungkin menjadikan pikiran stress yang berujung berkurangnya produktivitas dalam bekerja.