Thursday, 19 May 2011

Mitos Telu Penyu dan maraknya penjualan di Samarinda

Samarinda, kota tepian yang terletak di tepi sungai mahakam menjadikan kota ini pantas dijuluki sebagai kota tepian. Fasilitas taman dan arena hiburan tepat di tepi sungai mahakam selain menjadikan kota ini cantik juga menghidupkan ekonomi kota ini. Berbagai macam aktivitas olahraga, acara hiburan dan tentunya kuliner di tepi sungai. Aneka makanan pun dapat kita temui disini mulai dari durian, lay (sejenis durian), cempedak hingga telur penyu.

Mitos tentang kasiat telur penyu yang sudah mengakar dari jaman dahulu menjadikan telur penyu dijual bebas di tepian samarinda hingga saat ini. Menjaga daya tahan tubuh dan menambah stamina merupakan daya tarik untuk mengkonsumsi telur penyu. Bentuknya yang mirip bola ping-pong dan cangkangnya yang lembek namun kuat menjadikan telur penyu sangat awet. Rasa yang kenyal ketika matang dan harga yang terjangkau (sekitar 6~8 ribu perbutir) membuat telur penyu digemari.

Kandungan telur penyu yang menurut penelitian adalah hampir sama dengan kandungan telur ayam yang mengandung kolestrol dalam jumlah yang tinggi dan berkurangnya populasi penyu membuat pemerintah melarang perdagangan telur penyu yang diatur melalui undang-undang. Namun kurang sosialisasi tentang kandungan telur penyu yang hanya merupakan mitos dan semakin langkanya populasi penyu menjadikan perburuan telur penyu terus berlanjut hingga saat ini.

Kepedulian masyarakat dan perlindungan dari pemerintah baik itu melalui sosialisasi maupun dukungan konservasi pada LSM yang bergerak dalam perlindungan kelestarian penyu diharapkan akan dapat melestarikan habitat penyu yang ujung-ujungnya akan mensukseskan Samarinda sebagai kota tepian yang peduli terhadap lingkungan.